Total Tayangan Halaman

Jumat, 10 Oktober 2014

Pramuniaga

Seorang Pramuniaga sebagai ujung tombak penjualan di showroom (ruang pamer) atau di toko mutlak memahami dan mempunyai kemampuan melayani calon pembeli dengan baik, benar, dan efektif.

Efektif maksudnya adalah agar calon pembeli mengeluarkan koceknya, dengan kata lain terjadi tarnsaksi penjualan (closing).

Penjual bukanlah "Raja." Pembelilah yang "Raja." Pepatah yang sudah usang itu ternyata masih terus dan tetap berlaku hingga kini, bahkan menurut hemat penulis menjadi syarat mutlak (aksioma) yang harus ada pada setiap bentuk perencanaan, pengelolaan, dan strategi penjualan dalam bentuk apapun dan mungkin samapai kapanpun.

Bila hal ini diabaikan oleh penjual / pramuniaga sudah dapat dipastikan akibatnya, bahwa penjual / pramuniga akan kehilangan pelanggan atau calon pembeli.
Tidak sedikit orang dan mungkin hampir setiap orang mempunyai anggapan dan berprinsip bahwa untuk dapat melayani calon pembeli, pramuniaga harus bersikap ramah tamah, sopan, dan menarik.

Bila kita renungkan dan pertanyakan sejenak atas anggapan / prinsip tersebut, maka dapat kita pertanyakan bahwa apakah kertiga sikap tersebut sudah mencukupi dan dapat dijadikan modal atau menjadi kiat jitu untuk menjamin seorang calon pembeli mau merogoh "koceknya" ? Jawabnya adalah tentu belum cukup. Mengapa demikian ?

KOMUNIKASI LANGSUNG
Komunikasi langsung (tatap muka)memungkinkan pramuniaga mengetahui dengan cepat, tepat, dan jelas feed back (umpan balik atau tanggapan) dari calon pembeli. Apakah calon pembeli merasa puas atas pelayanan yang diberikan atau sebaliknya dan apakah calon pembeli memilki minat yang tinggi dan bersungguh-sungguh untuk mengadakan transaksi.

Komunikasi tatap muka dapat berlangsung secara verbal dan non verbal. Verbal dengan menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan. Non - Verbal menggunakan mimik wajah (ekspresi wajah, air muka, senyuman), panto mimik (gerak-gerik anggota tubuh / bahasa tubuh), dan lambang khusus.

Lambang khusus ini dapat berupa pakaian yang digunakan (pakaian seragam / uniform) yang rapi, wajar, dan sopan, bentuk potongan rambut yang rapih, baik, dan bagus, parfum yang digunakan dan lain-lain.

Percakapan yang berlangsung dengan denagn calon pembeli bersifat transaksi penjualan dan karena itu pembeli mengharapkan sikap-sikap tertentu dari pramuniaga. Untuk itu seorang pramuniaga yang baik harus bersikap seperti yang diingkan oleh calon pembeli.

Pada dasarnya yang diharapkan calon pembeli kepada pramuniaga adalah :
1. Sambutan hangat penuh keramahtamahan, sehingga dapat menimbulkan rasa keakraban dan penuh persahabatan dan kekeluargaan.
2. Tutur kata yang sopan, sikap, dan prilaku yang wajar dan baik.
3. Menyediakan apa yang diinginkan pembeli saat itu.

Adapun pelanggan maupun calon pembeli mempunyai kebutuhan dasar emosional yang sama dan bersifat universal; berlaku diseluruh dunia. Kebutuhan dasar emosional tersebut antara lain selalu merasa apa yang dikatakannya benar (selalu ingin benar), mengharapkan penghargaan yang tulus, haus dan lapar akan pujian yang tulus. Kemudian selalu berusaha mencari sesuatu yang enak / nyaman, mudah, dan menyenangkan, ingin diperhatikan keberadaannya dan kebutuhannya dengan sungguh-sungguh.

KOMUNIKASI NON - VERBAL
Menurut sebagian pakar komunikasi, sekitar 90% komunikasi tatap muka dilakukan secara non-verbal (mimik wajah dan panto mimik; gerak-gerik anggota badan) dan 10% dengan verbal. Komunikasi Non - Verbal jauh lebih efektif dari pada komunikasi verbal dalam hal mengubah sikap dan tingkah laku calon pembeli. Bila saja anggapan tersebut benar, maka bertapa bermanfaatnya dan begitu pentingnya komunikasi non-verbal untuk dipahami.

Di dalam dunia penjualan senyum merupakan tanda keramahtamahan dan persahabatan. Seorang calon pembeli akan merasa dihargai dan dianggap sebagai "orang penting" bila pramuniaga mau dan dapat melayani dengan kesungguhan, keihklasan, dan ketulusan sepenuh hati.

Memberi perhatian yang tulus kepada calon pembeli adalah salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh pramuniaga. Setiap manusia pada dasarnya memiliki perbedaan walaupun kembar sekalipun, oleh karena itu perlakuannya juga berbeda. Akan tetapi ada teori yang mengatakan bahwa orang bila diberi suatu perlakuan tertentu , maka orang tersebut akan bereaksi sama terhadap perlakuan tersebut. Misalnya kalau orang kita maki dengan kata-kata kasar, keras, dan kotor, maka orang tersebut akan bereaksi sama, seperti pada saat kita memaki dengan kata-kata kasar, keras, dan kotor, yaitu orang tersebut akan marah, sama marahnya pada saat kita memakinya. Hal seperti ini dapat berlaku kepada setiap orang tanpa pengecualian. Untuk itu segala sikap dan prilaku pramuniaga dapat membuat, menentukan, dan menciptakan situasi dan kondisi proses transaksi penjualan yang "menyenangkan" sehingga dapat mendorong calon pembeli untuk melakukan transaksi.

Penguasaan terhadap bahasa tubuh merupakan hal yang sangat penting bagi pramuniaga, karena secara langsung dapat membaca / mengetahui emosi, sikap, dan keinginan-keinginan calon pembeli.

Bahasa tubuh (mimik wajah dan gerak-gerik timbul secara spontan dari hati, jiwa, batin yang dalam, sehingga bahasa tubuh merupakan penjelmaaqn lahir dari keadaan batin.
Apabila seorang calon pembaca masuk ke showroom , perhatikan tingkah lakunya apakah ia mengalami kesulitan dalam mendapatkan barang yang di carinya, misalnya dengan pandangan mata yang mencari sesuatu dan air muka yang mencari rasa ingin tahu.
Pramuniaga yang baik langsung menyambut kehadiran calon pembeli dengan penuh semangat dan berkata : Selamat siang Pak, ada yang bisa saya bantu?, lakukan dengan senyuman, keceriaan, dan gerakan tangan yang mendukung, misalnya : gerakan tangan yang mempersilahkan melihat produk yang ada.
Aktivitas seperti ini sudah memadai untuk mengawali percakapan dan setelah itu dapat melanjutkan percakapan berikutnya.
Bila calon pembeli hanya melihat lihat saja tidak membeli dan dia ragu untuk melakukan transaksi (hal ini terlihat dari sikap dan wajah, terlihat diam dan rawut wajah yang tegang menandakan keragu-raguan), maka hal ini kita harus menangkap maksudnya, dan kemudian berkata :
" Mari pak, di sana masih banyak produk yang lain. Tidak apa-apa bila Bapak tidak membeli, Kami sudah senang dan berterimakasih Bapak sudah mengunjungi showroom kami".
Bila kita memperlakukan calon pembeli dengan manis seperti ini , maka kita sudah menanamkan dalam ingatan si calon pembeli mengenai citra diri positif sebagai pramuniaga, dan sekaligus citra perusahaan secara menyeluruh.
Bahasa tubuh bukanlah segala-galanya , karna sifatnya hanya menaksirkan, karna itu jangan dijadikan pedoman yang pasti, tapi yang jelas kita harus melakukan pengecekan langsungdan mencari kejelasan yang pasti akibat yang ditimbulkan dari perlakuan dan pembicaraan yang kita lakukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar