Seorang Pramuniaga sebagai ujung tombak penjualan di showroom (ruang
pamer) atau di toko mutlak memahami dan mempunyai kemampuan melayani
calon pembeli dengan baik, benar, dan efektif.
Efektif maksudnya adalah agar calon pembeli mengeluarkan koceknya, dengan kata lain terjadi tarnsaksi penjualan (closing).
Penjual bukanlah "Raja." Pembelilah yang "Raja." Pepatah yang sudah
usang itu ternyata masih terus dan tetap berlaku hingga kini, bahkan
menurut hemat penulis menjadi syarat mutlak (aksioma) yang harus ada
pada setiap bentuk perencanaan, pengelolaan, dan strategi penjualan
dalam bentuk apapun dan mungkin samapai kapanpun.
Bila hal ini diabaikan oleh penjual / pramuniaga sudah dapat dipastikan
akibatnya, bahwa penjual / pramuniga akan kehilangan pelanggan atau
calon pembeli.
Tidak sedikit orang dan mungkin hampir setiap orang mempunyai anggapan
dan berprinsip bahwa untuk dapat melayani calon pembeli, pramuniaga
harus bersikap ramah tamah, sopan, dan menarik.
Bila kita renungkan dan pertanyakan sejenak atas anggapan / prinsip
tersebut, maka dapat kita pertanyakan bahwa apakah kertiga sikap
tersebut sudah mencukupi dan dapat dijadikan modal atau menjadi kiat
jitu untuk menjamin seorang calon pembeli mau merogoh "koceknya" ?
Jawabnya adalah tentu belum cukup. Mengapa demikian ?
KOMUNIKASI LANGSUNG
Komunikasi langsung (tatap muka)memungkinkan pramuniaga mengetahui
dengan cepat, tepat, dan jelas feed back (umpan balik atau tanggapan)
dari calon pembeli. Apakah calon pembeli merasa puas atas pelayanan yang
diberikan atau sebaliknya dan apakah calon pembeli memilki minat yang
tinggi dan bersungguh-sungguh untuk mengadakan transaksi.
Komunikasi tatap muka dapat berlangsung secara verbal dan non verbal.
Verbal dengan menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan. Non - Verbal
menggunakan mimik wajah (ekspresi wajah, air muka, senyuman), panto
mimik (gerak-gerik anggota tubuh / bahasa tubuh), dan lambang khusus.
Lambang khusus ini dapat berupa pakaian yang digunakan (pakaian seragam /
uniform) yang rapi, wajar, dan sopan, bentuk potongan rambut yang
rapih, baik, dan bagus, parfum yang digunakan dan lain-lain.
Percakapan yang berlangsung dengan denagn calon pembeli bersifat
transaksi penjualan dan karena itu pembeli mengharapkan sikap-sikap
tertentu dari pramuniaga. Untuk itu seorang pramuniaga yang baik harus
bersikap seperti yang diingkan oleh calon pembeli.
Pada dasarnya yang diharapkan calon pembeli kepada pramuniaga adalah :
1. Sambutan hangat penuh keramahtamahan, sehingga dapat menimbulkan rasa keakraban dan penuh persahabatan dan kekeluargaan.
2. Tutur kata yang sopan, sikap, dan prilaku yang wajar dan baik.
3. Menyediakan apa yang diinginkan pembeli saat itu.
Adapun pelanggan maupun calon pembeli mempunyai kebutuhan dasar
emosional yang sama dan bersifat universal; berlaku diseluruh dunia.
Kebutuhan dasar emosional tersebut antara lain selalu merasa apa yang
dikatakannya benar (selalu ingin benar), mengharapkan penghargaan yang
tulus, haus dan lapar akan pujian yang tulus. Kemudian selalu berusaha
mencari sesuatu yang enak / nyaman, mudah, dan menyenangkan, ingin
diperhatikan keberadaannya dan kebutuhannya dengan sungguh-sungguh.
KOMUNIKASI NON - VERBAL
Menurut sebagian pakar komunikasi, sekitar 90% komunikasi tatap muka
dilakukan secara non-verbal (mimik wajah dan panto mimik; gerak-gerik
anggota badan) dan 10% dengan verbal. Komunikasi Non - Verbal jauh lebih
efektif dari pada komunikasi verbal dalam hal mengubah sikap dan
tingkah laku calon pembeli. Bila saja anggapan tersebut benar, maka
bertapa bermanfaatnya dan begitu pentingnya komunikasi non-verbal untuk
dipahami.
Di dalam dunia penjualan senyum merupakan tanda keramahtamahan dan
persahabatan. Seorang calon pembeli akan merasa dihargai dan dianggap
sebagai "orang penting" bila pramuniaga mau dan dapat melayani dengan
kesungguhan, keihklasan, dan ketulusan sepenuh hati.
Memberi perhatian yang tulus kepada calon pembeli adalah salah satu hal
penting yang harus dilakukan oleh pramuniaga. Setiap manusia pada
dasarnya memiliki perbedaan walaupun kembar sekalipun, oleh karena itu
perlakuannya juga berbeda. Akan tetapi ada teori yang mengatakan bahwa
orang bila diberi suatu perlakuan tertentu , maka orang tersebut akan
bereaksi sama terhadap perlakuan tersebut. Misalnya kalau orang kita
maki dengan kata-kata kasar, keras, dan kotor, maka orang tersebut akan
bereaksi sama, seperti pada saat kita memaki dengan kata-kata kasar,
keras, dan kotor, yaitu orang tersebut akan marah, sama marahnya pada
saat kita memakinya. Hal seperti ini dapat berlaku kepada setiap orang
tanpa pengecualian. Untuk itu segala sikap dan prilaku pramuniaga dapat
membuat, menentukan, dan menciptakan situasi dan kondisi proses
transaksi penjualan yang "menyenangkan" sehingga dapat mendorong calon
pembeli untuk melakukan transaksi.
Penguasaan terhadap bahasa tubuh merupakan hal yang sangat penting bagi
pramuniaga, karena secara langsung dapat membaca / mengetahui emosi,
sikap, dan keinginan-keinginan calon pembeli.
Bahasa tubuh (mimik wajah dan gerak-gerik timbul secara spontan dari
hati, jiwa, batin yang dalam, sehingga bahasa tubuh merupakan
penjelmaaqn lahir dari keadaan batin.
Apabila seorang calon pembaca masuk ke showroom , perhatikan tingkah
lakunya apakah ia mengalami kesulitan dalam mendapatkan barang yang di
carinya, misalnya dengan pandangan mata yang mencari sesuatu dan air
muka yang mencari rasa ingin tahu.
Pramuniaga yang baik langsung menyambut kehadiran calon pembeli dengan
penuh semangat dan berkata : Selamat siang Pak, ada yang bisa saya
bantu?, lakukan dengan senyuman, keceriaan, dan gerakan tangan yang
mendukung, misalnya : gerakan tangan yang mempersilahkan melihat produk
yang ada.
Aktivitas seperti ini sudah memadai untuk mengawali percakapan dan setelah itu dapat melanjutkan percakapan berikutnya.
Bila calon pembeli hanya melihat lihat saja tidak membeli dan dia ragu
untuk melakukan transaksi (hal ini terlihat dari sikap dan wajah,
terlihat diam dan rawut wajah yang tegang menandakan keragu-raguan),
maka hal ini kita harus menangkap maksudnya, dan kemudian berkata :
" Mari pak, di sana masih banyak produk yang lain. Tidak apa-apa bila
Bapak tidak membeli, Kami sudah senang dan berterimakasih Bapak sudah
mengunjungi showroom kami".
Bila kita memperlakukan calon pembeli dengan manis seperti ini , maka
kita sudah menanamkan dalam ingatan si calon pembeli mengenai citra diri
positif sebagai pramuniaga, dan sekaligus citra perusahaan secara
menyeluruh.
Bahasa tubuh bukanlah segala-galanya , karna sifatnya hanya menaksirkan,
karna itu jangan dijadikan pedoman yang pasti, tapi yang jelas kita
harus melakukan pengecekan langsungdan mencari kejelasan yang pasti
akibat yang ditimbulkan dari perlakuan dan pembicaraan yang kita lakukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar