TIPE TIPE KONSUMEN DAN CARA PENANGANANNYA
A.
TIPE
TIPE KONSUMEN
1.
KONSUMEN
TIPE PIKNIS
Ciri-ciri fisik: bentuk badan bulat,
anggota badan umumnya agak pendek, & berwajah bulat lebar
karakter:
(1) peramah, suka bicara, tenang, & suka humor;
(2) pendiam, baik hati, praktis energetik
cara menghadapi:
(1) perhatikan moodnya, & usahakan berbincang jika mereka menghendaki,
(2) lakukan percakapan yang menarik,
(3) jangan terlibat perdebatan dengan mereka,
(4) tidak terlalu “mengambil hati” dengan apa yang mereka ucapkan,
(5) bagi yang pendiam, sebaiknya beri perhatian ekstra
2.
KONSUMEN
TIPE LEPTOSOM
Ciri-ciri fisik: bentuk badan agak kecil
& lemah, leher dan anggota badan menunjukan kesan kurus panjang
karakter: (1) angkuh; (2) idealis
cara menghadapi:
(1) hormati mereka seperti seorang raja,
(2) bersikap sabar, hormat, bijaksana, & siap melakukan permintaan mereka
(3) menyapa mereka dengan sikap hormat
3.
KONSUMEN
TIPE ATLETIS
Ciri-ciri fisik: bentuk badan kokoh, pundak
tampak lebar, pinggul berisi, anggota badan cukup panjang, badan berotot &
kekar, berwajah bulat telur atau lonjong
karakter: energik namun berpenampilan kalem, jarang humor, kaku, & tidak
lekas percaya
cara menghadapi:
(1) hindari debat kusir,
(2) beri kesan mereka pribadi yang cerdas,
(3) bersabar, tidak terburu-buru,
(4) memberi penjelasan yang sistematis,
(5) hindari sikap mengecewakan mereka, khususnya jika mereka tidak membeli barang
B. TIPE
TIPE PELANGAN
Bagi pengusaha jasa pelayanan,
mengenal macam-macam tipe pelanggan adalah penting, karena dengan mengenal
tipenya, kita akan lebih mengenal pula sifatnya, ciri-cirinya dan kebiasaan
pelanggan tersebut. Dengan demikian, diharapkan perusahaan akan lebih mudah
memasarkan produk barang dan jasa yang dihasilkan.
Secara
garis besar ada beberapa tipe pelanggan. Pengelompokkan berikut tidak mempunyai
dasar ilmiah (psikologi, sosiologi), namun sering dianut oleh para penyedia
jasa.
1.
PELANGGAN
PRIA
1) Tidak bertele-tele dalam mencari barang yang diinginkannya.
2) Kurang sabar dalam memilih barang yang diinginkannya.
3) Mudah dipengaruhi bujukan petugas pelayanan (pada bujukan tertentu).
4) Mudah terpengaruh oleh penjelasan dan argumentasi yang obyektif.
Cara
terbaik memperlakukan pelanggan pria adalah:
a. Segera membujuknya atau
mempengaruhinya, bahwa barang yang diminati adalah tepat sesuai dengan selera.
b. Petugas jangan banyak bertanya, layani saja apa yang diinginkannya.
c. Jawab dan jelaskan semua pertanyaannya, jangan bertele-tele, langsung pada
inti permasalahannya.
1. PELANGGAN WANITA
1) Sangat bertele-tele dalam memilih barang.
2) Tidak mudah terpengaruh penjelasan/bujukan petugas pelayanan.
3) Dalam memilih barang, biasanya lebih tertarik pada motif, bentuk atau warna,
bukan pada manfaat barang tersebut, karena wanita cenderung menggunakan perasaannya.
4) Lebih menyukai sesuatu yang bersifat modis terutama dalam memilih produk
pakaian, tas, sepatu, dan asesoris sosial dirinya.
5) Mudah meminta pandangan dan pendapat orang lain.
6) Menyukai hal-hal yang bersifat romantis.
7) Kurang menyukai hal-hal yang bersifat teknik.
Cara terbaik memperlakukan pelanggan wanita adalah:
a. Sediakan waktu yang cukup luang/lama, agar dia bebas memilih barang yang
diinginkannya.
b. Petugas pelayanan harus lebih sabar dalam melayani pelanggan wanita, karena
wanita adalah cerewet dalam menentukan pilihannya.
c. Berikanlah pelayanan yang lebih khusus.
Misal: a) diskon untuk produk tertentu,
b) obral untuk beberapa produk bermerk yang modelnya sudah agak telat.
3. PELANGGAN REMAJA
1) Mudah terpengaruh bujukan petugas.
2) Mudah terpengaruh tayangan iklan yang menarik.
3) Seleranya sangat modis dalam memilih barang.
4) Agak boros dalam berbelanja.
4. PELANGGAN USIA LANJUT
1) Sangat sulit terpengaruh bujuk rayu petugas.
2) Sudah mantap dalam memilih barang yang diinginkannya.
3) Acapkali menanyakan barang-barang yang sudah ketinggalan jaman.
4) Biasanya bersikap ramah dan ngemong pada petugas yang masih muda-muda.
5) Cenderung ingin berlama-lama dan ngobrol dulu dengan petugas.
Cara
terbaik memperlakukan pelanggan usia lanjut adalah:
a. Sabar dan penuh pengertian dalam melayaninya.
b. Dengarkanlah dengan baik nasehat-nasehat mereka tanpa membantah atau
berdiskusi.
c. Apabila kesulitan dalam melayaninya, sebaiknya segera alihkan ke ptugas yang
lebih tua atau lebih dewasa.
5.
Pelanggan
Anak-Anak
1) Umumnya masih suka bermain-main
2) Keinginannya terkadang tidak konsisten (suka berubah-ubah).
3) Tidak pernah diam, selalu bergerak kesana-kemari.
4) Mudah dipengaruhi dengan bujuk rayu.
Cara terbaik memperlakukan pelanggan
anak-anak adalah:
a. Tidak memperlakukan mereka sebagai anak kecil yang tidak berdaya karena
mereka juga butuh penghargaan dan perlakuan layaknya orang dewasa.
b. Petugas harus sabar dalam melayani pelanggan anak-anak, karena keinginan
anak terkadang suka berubah.
c. Petugas perlu memberi pujian, misalnya dengan kata-kata: ”Wah pasti Adik
cantik deh kalau pake baju ini.”
6.
Pelanggan
Pasangan Bertunangan
1) Suasana hati sedang diliputi kebahagiaan.
2) Seia-sekata dan jarang terjadi perselisihan.
Cara terbaik memperlakukan pelanggan
pasangan bertunangan adalah:
a. Meminta perhatian si gadis bila si pria membutuhkan barang, bagitu pula
sebaliknya.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian tentang segala hal yang mereka inginkan
dan bila diperlukan berilah saran yang terbaik yang mereka butuhkan, karena
biasanya pasangan bertunangan akan memberikan yang terbaik bagi pasangannya.
c. Ciptakanlah suasana santai dan akrab agar pasangan tersebut leluasa ngobrol
mengenai barang yang akan mereka beli.
d. Berikan perhatian lebih terhadap si gadis karena biasanya pendapat dan
permintaan si gadis akan dikabulkan
C.
KENALILAH
TIPE KONSUMEN ANDA
Dewasa ini ada banyak ilmu yang bisa Anda
pelajari mengenai perilaku/watak/karakter dari seorang manusia. Sebut saja ada
yang namanya. Personality Plus yang membahas 4 karakter manusia antara lain si
popular. Sanguinis, si sempurna Melankolik, si kuat Koleris dan yang terakhir
si cinta damai Phlegmatis.
Dan menurut Florence Litteur, penulis dari
buku Personality Plus bahwa setiap manusia ternyata bisa memiliki lebih dari 1
macam karakter yang akhirnya bisa dikombinasikan menjadi Koleris Sanguinis,
Koleris Melankolik, Phlegmatis Melankolik.
Begitu juga dalam ilmu NLP yang dikenal dengan
sebutan Meta Programs. Dari informasi yang pernah diperoleh oleh penulis yaitu
sekitar pertengahan bulan Oktober 2008 bahwa sudah ada sekitar 60-an
perilaku/watak/karakter manusia yang diuraikan didalam Meta Programs, antara
lain adalah sebagai berikut ini, Toward – Away From, Internal – Eksternal, Matcher
– Mismatcher, Independen, Kooperatif dan Proximity dan sebagainya.
Dan selain Meta Programs maka dalam NLP
kita juga bisa pelajari yang namanya Eye-Accessing Cues yaitu penunjuk
berdasarkan gerakan mata, dan juga Sistem Representasi yang dalam bahasa
sehari-hari kurang lebih adalah panca indera manusia. Dan konon ilmu NLP sudah
banyak diaplikasikan ke dalam berbagai bidang terutama dalam bidang penjualan
karena bisa dipergunakan buat memahami perilaku konsumen.
Sebenarnya ilmu buat memahami perilaku/watak/karakter
manusia sudah banyak sekali, antara lain: ada yang bisa menilai perilaku/watak/karakter
seseorang hanya dari bentuk wajah, gaya jalan, cara bicara, tanda tangan dll.
Begitu juga dalam dunia penjualan, menurut pakarnya maka bisa dikategorikan menjadi
8 tipe pembeli/konsumen berikut ini uraiannya :
1.
PEMBELI
APATIS
Jenis tipe pembeli apatis adalah jenis orang
yang tidak pernah membeli apapun, dan mereka juga tidak perduli sebagus apa
produk Anda, seberapa murahnya produk Anda. Karena pada dasarnya tipe pembeli
ini mempunyai sifat yang pesimis dan sinis. Dan tipe pembeli apatis mewakili 5%
dari pasar konsumen.
2. PEMBELI AKTUALISASI DIRI
Pembeli aktualisasi diri adalah kebalikan
dari pembeli apatis, tipe pembeli ini mengetahui dengan pasti apa yang mereka butuhkan,
apa manfaatnya, berapa harganya, apa yang mereka beli dan mereka segera akan
mendapatkannya. Dan tipe pembeli ini juga mewakili pasar konsumen sebesar 5%.
3. PEMBELI
ANALITIS
Tipe pembeli analitis ini mewakili 25% dari
pasar konsumen. Tipe ini cenderung sangat detail terutama pada masalah angka,
detail pada spesifikasi dari produk yang Anda jual. Dan biasanya tipe ini juga
menekuni bidang usaha/pekerjaan dibidang akuntan, insinyur, bankir atau apapun
yang berkaitan dengan angka. Sebagai seorang tenaga penjual maka saat Anda sedang
menghadapi calon pembeli tipe analitis maka yang perlu segera Anda presentasikan
adalah hal-hal yang bersifat spesifik dari produk/jasa Anda
misalnya seperti : cara kerja produk/jasa, harganya, manfaatnya, pelayanan sesudah
pembelian, dll.
4.
PEMBELI PENGHUBUNG
Tipe pembeli penghubung cenderung tidak
terlalu antusias. Dan arah komunikasi dengan tipe pembeli ini harus sabar dan
pelan-pelan dalam membangun hubungan. Tipe pembeli ini sangat tergantung dan
memperhatikan pandangan, pendapat orang lain dalam penggambilan sebuah
keputusan pembelian sebuah produk. Kadang-kadang mereka sangat perlukan
pendapat dan saran tentang produk yang akan mereka beli baik itu dari pihak
keluarga, kolega, teman. Dan tipe pembeli ini juga mewakili 25% dari pasar
konsumen. Sebagai seorang tenaga penjual jika Anda sedang berhadapan dengan
tipe pembeli penghubung maka tugas Anda adalah segeralah menyakinkan mereka
mengenai
produk Anda dengan cara menunjukkan siapa saja yang telah membeli dan memakai
produk Anda. Pembeli penghubung biasanya berprofesi seperti guru, pengawai
adminitrasi, dokter, perawat.
5. PEMBELI
PENYETIR
Tipe ini sangat fokus pada hasil, mereka
akan “to the point” dan tanpa basa-basi, mereka tidak suka membina hubungan dengan
Anda, karena mereka hanya perduli apa yang bisa produk/jasa Anda lakukan bagi
mereka. Maka berfokuslah pada saat presentasi dengan menampilkan
keunggulan-keunggulan dari produk/jasa Anda. Dan tipe pembeli ini juga mewakili
25% dari pasar konsumen. Mereka biasanya berprofesi sebagai seorang manajer,
eksekutif, kepala cabang.
6. PEMBELI
YANG SENANG BERSOSIALISASI
Tipe pembeli ini sangat ramah, cepat akrab,
mudah bergaul dan Anda tidak akan menemukan kesulitan buat membangun hubungan
dengan mereka. Tipe pembeli ini sangat cepat setuju dengan Anda tanpa memperhatikan
apa kelebihan dari produk/jasa Anda, namun bisa saja sesudah beberapa hari
sebelum/sesudah pembelian maka mereka bisa saja sudah lupa semuanya mengenai topik
pembahasan dengan Anda. Dan tipe ini juga mewakili 25% dari pasar konsumen.
7. PEMBELI
IMPULSIF
Tipe pembeli ini bisa dikatakan sangat terdorong
emosional dalam memiliki sesuatu, misalnya jika ada peluncuran produk/jasa baru
seperti mobil, jam tangan, hp, baju maka merekalah yang merupakan orang pertama
yang selalu siap buat mencobanya. Dan tipe ini mewakili sekitar 5%-10% dari
pasar konsumen.
8. PEMBELI
INFORMATIF
Menurut pengamatan penulis, maka masih ada
1 tipe pembeli yang bias dikategorikan sebagai tipe informatif. Tipe pembeli
ini sangat seleksi sekali terhadap produk/jasa yang akan mereka beli. Biasanya
tipe ini akan mencari tahu mengenai produk/jasa yang akan mereka beli melalui
sejumlah informasi seperti internet, nanya pada pakarnya, nanya kepada mereka
yang sudah pernah menggunakannya. Jika Anda sedang berha dapan dengan tipe pembeli
informatif maka tugas Anda adalah lakukan presentasi secara
profesional, jelas, singkat. Biasanya tipe informatif ini rasa loyalitasnya sangat
tinggi sekali dan mereka akan beli dari Anda serta bersedia rekomendasikan
produk/jasa Anda. Tapi jangan sampai mereka sempat kecewa maka yang akan Anda
peroleh adalah sebalik.
Nah
sebagai seorang tenaga penjual ( sales person ) maka semuanya kembali lagi pada
diri Anda sendiri dalam mengambil sebuah pilihan yaitu ilmu mana yang nurut
Anda bisa dipraktekkan, apakah Personality Plus ? Meta Programs ? atau
macam-macam tipe pembeli ? 100% terserah Anda.
D.
PERILAKU
PEMBELIAN KONSUMEN
1.
Perilaku
pembelian konsumen
Berbeda di antara produk pasta gigi, raket
tennis, kamera yang mahal dan mobil baru. Keputusan yang lebih rumit biasanya
melibatkan banyak pelaku dan lebih banyak kesadaran pembeli. Tipe perilaku
pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembelian dan tingkat
perbedaan diantara merek bisa dipahami dalam artikel ini.
2. Perilaku Pembelian Kompleks.
Konsumen berada dalam perilaku
pembelian yang kompleks ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan
mempunyai persepsi yang signifikan mengenai perbedaan di antara merek. Konsumen
mungkin akan terlibat secara mendalam ketika produk itu mahal, beresiko, jarang
dibeli dan menunjukkan ekspresi diri.
Umumnya, konsumen harus mempelajari
banyak hal mengenai kategori produk tersebut. Misalnya, pembeli komputer
mungkin tidak mengetahui atribut apa yang harus dipertimbangkan. Banyak fitur
produk yang tidak memiliki arti seperti: “Chip Pentium Pro”, “VGA dengan
resolusi super”, atau “mega RAM”.
Pembeli produk tersebut akan melalui
proses pembelajaran, pertama mengembangkan keyakinan mengenal produk, kemudian
sikap, dan kemudian melakukan pilihan pembelian dengan penuh pertimbangan.
Pemasar produk-produk dengan tingkat keterlibatan tinggi harus memahami
perilaku konsumen dalam pemilihan informasi
dan evaluasi. Mereka perlu membantu pembeli untuk mempelajari atribut-atribut
kelas produk dan tingkat kepentingannya serta apa yang ditawarkan oleh merek
itu dalam memberikan nilai pada atribut yang penting. Pemasar perlu mempelajari
cara membedakan fitur-fitur mereknya, dan mendeskripsikan manfaat mereknya
dengan menggunakan media cetak dengan teks yang panjang. Mereka harus
memotivasi pramuniaga dan kenalan untuk mempengaruhi pemilihan merek akhir.
3. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonasi
Perilaku pembelian pengurangan
disonasi terjadi ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi dengan
pembelian yang mahal, tidak sering atau beresiko, namun melihat sedikit
perbedaan antar merek. Contoh, konsumen yang membeli karpet, mempunyai
keterlibatan yang tinggi karena mahalnya dan arena ekspresi diri. Akan tetapi,
pembeli mungkin menganggap kebanyakan merek karpet dalam kisaran harga yang
sama mempunyai kualitas yang sama. Dalam kasus itu, karena persepsi mengenai
perbadaan merek tidak terlalu besar, pembeli mungkin berkeliling berbagai toko
untuk melihat barang apa saja yang tersedia, namun membeli secara relatif
cepat. Pembeli mungkin akan menanggapi itu pada harga yang lebih baik atau
kepada kemudahan pembelian. Setelah pembelian, konsumen akan mengalami disonasi
setelah pembelian (post purchase dissonance) ketika mereka menyadari kekurangan
tertentu dari karpet yang telah dibeli atau mendengar hal yang lebih baik dari
merek yang tidak dibelinya. Untuk mengatasi disonasi tersebut, komunikasi pasca
penjualan dari pemasar sebaiknya memberikan bukti dan dukungan kepada konsumen
agar merasa tepat dan merasa nyaman dengan pilihan merek yang telah
dilakukannya.
4. Perilaku Pembelian Kebiasaan
Perilaku pembelian kebiasaan terjadi
dalam kondisi di mana konsumen mempunyai keterlibatan rendah dan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antar merek. Contoh, garam. Konsumen mempunyai
keterlibatan yang rendah dalam kategori produk itu mereka hanya pergi ke toko
kemudian mengambil satu merek. Jika mencari merek yang sama, itu hanya karena
kebiasaan bukan karena kesetiaan terhadap merek tertentu. Konsumen tampaknya
mempunyai keterlibatan yang rendah terhadap produk yang harganya rendah dan
yang secara teratur dikonsumsi.
Dalam kasus tersebut, perilaku pembelian konsumen tidak melalui jalur
keyakinan-sikap-perilaku yang biasa. Konsumen tidak mencari secara luas
informasi merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan memutuskan secara serius
merek apa yang akan dibeli. Mereka secara pasif menerima informasi pada saat
melihat televise atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan kebiasaan
terhadap suatu merek (brand familiarity) bukannya keyakinan merek (brand
convicition). Konsumen tidak membangun sikap yang kuat terhadap sebuah merek,
mereka memilih merek karena merek itu dikenal. Karena mereka tidak terlibat
secara kuat dengan produk tersebut, konsumen tidak mengevaluasi pilihan setelah
pembelian. Oleh karena itu, proses pembelian tersebut melibatkan keyakinan
merek yang dibentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti oleh perilaku pembelian
yang diikuti atau tidak diikuti oleh evaluasi. Karena pembeli tidak terlalu
tergantung pada merek tertentu, pemasar produk dengan keterlibatan rendah dan
perbedaan antar merek yang sedikit terkadang menggunakan harga dan penjualan
promosi untuk mendorong percobaan suatu produk. Dalam mengiklankan produk
dengan mendorong keterlibatan rendah, bunyi iklan harus menekankan hanya pada
sedikit hal yang penting tertentu.
Symbol dan imajinasi visual merupakan hal yang penting karena hal itu mudah
diingat dan diasosiasikan dengan merek. Kampanye iklan harus mengandung pesan
pendek yang berulang. Televisi biasanya lebih efektif dari pada media cetak
karena televisi merupakan media dengan keterlibatan rendah yang cocok dengan
pembelajaran secara pasif.
Perencanaan iklan harus didasarkan pada teori pengkondisian klasik, di mana
pembeli belajar mengidentifikasi produk tertentu melalui simbol yang melekat
padanya. Pemasar bisa berusaha mengubah produk keterlibatan rendah menjadi
produk keterlibatan produk dengan menghubungkan produk tersebut dengan isu-isu
terkait. Procter & Gamble melakukan ketika diamenghubungakn pasta gigi
Crest dengan penghindaran gigi berlubang. Atau produk dapat dihubungkan dengan
sejumlah kondisi pribadi. Nestle melakukannya dengan serangkaian iklan untuk
kopi Taster’s Choice, setiap iklannya menggunakan episode mirip opera sabun
yang berisi tentang dua orang tetangga yang terlibat asmara. Hasil terbaiknya
adalah strategi itu dapat menaikkan keterlibatan konsumen dari tingkat rendah
menjadi sedang. Akan tetapi, strategi itu cenderung tidak mendorong konsumen ke
keterlibatan tinggi.
5. Perilaku Pembelian Pencarian Variasi
Konsumen berada pada perilaku
pembelian pencarian variasi dalam situasi ketika konsumen mempunyai tingkat
keterlibatan yang rendah tetapi mempersepsikan adanya perbedaan merek yang
signifikan. Dalam kasus seperti itu, konsumen seringkali beralih merek. Contoh,
pada saat membeli kue, seorang konsumen terkadang memiliki sejumlah keyakinan,
memilih kue tanpa banyak evaluasi, kemudian mengevaluasi merek tersebut pada
saat pengkonsumsian. Tetapi lain kali, konsumen mungkin akan mengambil merek
lain yang setara karena kebosanan atau semata-mata ingin mencoba sesuatu
yang berbeda. Penggantian merek terjadi karena variasi semata-mata dan bukan
karena ketidakpuasan. Pada produk kategori tersebut, strategi pemasaran akan
berbeda bagi pemimpin pasar atau merek minoritas. Pemimpin pasar akan mencoba
merangsang perilaku pembelian kebiasaan dengan menggunakan rak secara luas,
mempertahankan rak penuh dengan produknya, dan menjalankan iklan berkala untuk
mengingatkan.
Perusahaan pesaing akan merangsang pencarian variasi dengan menawarkan harga
yang rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang
memperlihatkan berbagai alasan untuk mencoba sesuatu yang baru.
E. KESIMPULAN
Jadi menurut saya Tipe-tipe konsumen:
Pembeli Apatis yaitu, jenis orang yang tidak pernah membeli apapun, dan mereka
juga tidak perduli sebagus apa produk Anda, seberapa murahnya produk Anda.
Karena pada dasarnya tipe pembeli ini mempunyai sifat yang pesimis dan
sinis.Pembeli Aktualisasi Diri yaitu, kebalikan dari pembeli apatis, tipe
pembeli ini mengetahui dengan pasti apa yang mereka butuhkan, apa manfaatnya,
berapa harganya, apa yang mereka beli dan mereka segera akan mendapatkannya. Pembeli
Analitis yaitu cenderung sangat detail terutama pada masalah angka, detail pada
spesifikasi dari produk yang Anda jual. Dan biasanya tipe ini juga menekuni
bidang usaha/pekerjaan dibidang akuntan, insinyur, bankir atau apapun yang
berkaitan dengan angka. Sebagai seorang tenaga penjual maka saat Anda sedang
menghadapi calon pembeli tipe analitis maka yang perlu segera Anda
presentasikan adalah hal-hal yang bersifat spesifik dari produk/jasa Anda.
Secara garis besar ada beberapa tipe pelanggan. Pengelompokkan berikut tidak
mempunyai dasar ilmiah (psikologi, sosiologi), namun sering dianut oleh para
penyedia jasa.